Apa sih “Bertobat”?
“Dulu, waktu masih kuliah, kalau ada tindakan teman satu geng yang ngawur, teman yang lain selalu bilang, “Tobat, bro.” Apa sih arti kata tobat? Dalam Alkitab Perjanjian Baru, kata tersebut memiliki dua makna: “Metanoia” dan “Epistrepho”, atau dalam bahasa Indonesia, “Perubahan Pola Pikir” dan “Berbalik Arah”. Kata Metanoia ditulis sebanyak 58 kali, sedangkan Epistrepho ditulis kira-kira 30 kali.
Di dalam Kisah Para Rasul pasal 3 ayat 19, kedua kata ini ditulis berdampingan: “Karena itu sadarlah (Metanoia) dan bertobatlah (Epistrepho), supaya dosamu dihapuskan.” (Kisah Para Rasul 3:19)
Bertobat berarti sadar… Apa yang harus kita sadari? Yaitu posisi kita di hadapan Allah sebagai orang berdosa sebelum menerima Kristus. Seorang teolog bernama John Calvin berkata demikian: “Pertobatan bukanlah sekadar awal dari hidup kekristenan, tetapi hidup kekristenan adalah pertobatan.”
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” (Roma 3:23)
Kita adalah orang berdosa. Hati kita penuh dengan keinginan yang tidak sesuai dengan apa yang Tuhan mau. Karena itu, kita perlu sadar (Metanoia). Tetapi tidak berhenti sampai di situ, kita juga perlu berbalik arah (Epistrepho). Kisah Para Rasul pasal 3 ayat 20 menyatakan lebih lanjut: “Agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus.” (Kisah Para Rasul 3:20)
Berbalik arah atau bertobat ternyata bukan sekadar berhenti melakukan ‘A’ setelah sebelumnya berbuat ‘A’. Lebih dari itu, bertobat berarti mengenal Yesus Kristus, yang dari semula ditetapkan Allah untuk kita.
Mengapa mengenal Yesus Kristus begitu signifikan bagi kita? Kata Kristus berarti “Yang Diurapi,” yang pada zaman Perjanjian Lama pengurapan diberikan kepada orang pilihan Allah untuk tujuan tertentu. Matius pasal 1 ayat 21 menjelaskan tujuan Yesus: “…Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” (Matius 1:21)
Bertobat berarti menerima Yesus dan hidup bagi Tuhan. Bukan berarti hidup kita langsung menjadi sempurna, tetapi kita berproses melepaskan ketertarikan terhadap dosa dengan melihat karya Kristus yang sempurna.
“Saat aku melihat diriku sendiri, aku melihat bahwa tidak mungkin diriku bisa selamat. Saat aku melihat Kristus, aku melihat bahwa aku tidak binasa.” – Charles Spurgeon
