• ID
    • AR Arabic
    • CS Czech
    • DE German
    • EN English
    • ES Spanish
    • FA Farsi
    • FR French
    • HI Hindi
    • HI English (India)
    • HU Hungarian
    • HY Armenian
    • ID Bahasa
    • IT Italian
    • JA Japanese
    • KO Korean
    • MG Malagasy
    • MM Burmese
    • NL Dutch
    • NL Flemish
    • NO Norwegian
    • PT Portuguese
    • RO Romanian
    • RU Russian
    • SV Swedish
    • TA Tamil
    • TH Thai
    • TL Tagalog
    • TL Taglish
    • TR Turkish
    • UK Ukrainian
    • UR Urdu
Tanggal publikasi 13 Des 2025

Aku datang untuk menyelamatkan jiwa…

Tanggal publikasi 13 Des 2025

Kisah satu ini bukan sesuatu yang membuatku bangga, tapi mungkin bisa jadi penting untuk diceritakan ke kamu—siapa tahu ada bagian dari cerita ini yang menyentuh hatimu.

Seperti yang kamu tahu, orang Yahudi dan Samaria itu tidak akur. Bahkan, kakakku, Yohanes dan aku dulu selalu punya rasa tidak suka yang cukup kuat—nyaris kebencian—sama mereka. Ketika Yesus pergi berkhotbah dan menyembuhkan orang sakit di Samaria, kami tidak mengerti kenapa Dia membuang waktu dan tenaga-Nya untuk orang-orang Samaria itu. Menurut kami, mereka orang yang hina… jadi rasanya seperti tidak masuk akal! Ketika Yesus mengarahkan kami untuk menggarap ladang Melek, jujur kami tidak mengerti maksud-Nya.

Saat itu kami masih di Samaria, mencoba memahami semuanya, ketika suatu hari beberapa orang Samaria menghina dan meludahi kami—bukan hanya kami, tapi Yesus juga! Hati kami panas karena amarah, dan kami memohon supaya Yesus mengirimkan api dari langit untuk menghabisi orang-orang yang menurut kami tidak pantas (Luk 9:51–56). Semarah itu sampai-sampai kami berani mengatakan, kalau Dia seharusnya tidak datang ke Samaria.

Yesus menegur kami dengan sangat sabar dan penuh otoritas, dan saat itulah kami mulai memahami. Kejadian yang terjadi pada Fotina di sumur dan cara dia kemudian menceritakan tentang Yesus kepada banyak orang—ternyata akan berdampak bagi banyak kehidupan di generasi berikutnya. Orang-orang Samaria yang sangat kami benci itu justru mau percaya kepada Yesus tanpa harus melihat mukjizat-mukjizat besar.

Sebagai orang Yahudi, kami selalu menganggap diri kita lebih baik daripada mereka, tetapi pada hari itu kami sadar: ternyata tidak demikian. Yesus tidak memanggil kami untuk menghakimi orang lain, melainkan untuk melayani mereka dengan kasih dan kerendahan hati.

Sungguh aku masih tidak percaya kalau kami pernah berkata begitu! Apa yang sedang kami pikirkan waktu itu? Malu sekali… Yesus menguatkan kami, dan kami merasa diterima serta diampuni lagi oleh-Nya. Tapi tepat di hari itu, kami mendapat panggilan “Anak-anak Gledek”… julukan yang mengingatkan kami supaya bisa lebih tenang sedikit! :-)

Namaku Yakobus, dan walaupun pernah buat salah, aku tetap dipilih oleh Yesus.

Debbie Wiratno
Penulis

Terdorong oleh Roh Kudus untuk menulis renungan yang penuh harapan, berdasarkan kebenaran Firman Tuhan dan tepat waktu.