Berlindung pada-Ku
Hidupku berubah pada hari ketika bangsa Romawi memintaku pergi ke daerah lokalisasi di Kapernaum, ke tempat paling kotor dan mengerikan di kota itu. Mereka memintaku untuk membantu seorang wanita bernama Lili yang dikuasai kegelapan; aku rasa kamu sudah ketemu dengan dia.
Ketika aku sampai di sana, aku mencoba segala cara yang aku tahu untuk membantunya, tetapi semuanya sia-sia. Aku yakin bahwa kegelapan yang ada di dalam dirinya begitu besar hingga hanya Tuhan yang bisa campur tangan. Namun, satu pertanyaan terus berputar di hati dan pikiranku: Bagaimana bisa, aku, guru dari para guru, ngga memiliki kuasa melawan kegelapan? Apakah ada yang kurang dariku?
Apa yang terjadi beberapa hari kemudian tidak dapat aku percaya jika aku tidak melihatnya dengan mata kepala sendiri: Lili telah dibebaskan. Dia kelihatan sangat berbeda, penuh kedamaian, dan bahkan memiliki nama baru: Maria Magdalena.
Yesus dari Nazaret-lah yang telah melakukan mukjizat ini. Siapa lagi selain Dia yang bisa menjawab pertanyaanku? Ketika aku melihat Dia mengajar dan menyembuhkan seorang lumpuh di hadapan banyak orang, tidak ada keraguan lagi di benakku: aku harus bicara dengan-Nya.
Dia setuju untuk bertemu denganku di tempat rahasia agar kami bisa bicara dengan leluasa. Semakin banyak pertanyaan yang kuajukan, semakin aku menyadari bahwa Kerajaan-Nya ngga seperti yang kami, orang Yahudi, harapkan: Dia tidak datang untuk membebaskan kami dari penindasan Romawi—Dia datang untuk membebaskan kami dari dosa dan kegelapan! Aku bisa merasakan kehidupan mengalir melalui setiap perkataan-Nya.
Hatiku mengatakan bahwa Dia adalah Pribadi yang telah kutunggu sepanjang hidupku: Mesias yang dijanjikan. Dalam sukacita, Mazmur itu terlintas di benakku yang berkata, “'Ciumlah Anak itu, supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan...' (Mazmur 2:11-12, TB). Aku berlutut dan mencium tangan Yesus. Dia kemudian mengangkatku dan mengakhiri ayat itu, "’Berbahagialah semua orang yang berlindung pada-Nya"' (diadaptasi dari Mazmur 2:12, TB) sambil memelukku.
Pelukan-Nya terasa seperti gelombang cinta paling murni dan paling sejati yang pernah aku rasakan. Pada saat itulah aku tahu: Hidupku tidak akan pernah sama lagi. Aku telah dilahirkan kembali, dan hidupku memiliki tujuan.
Namaku Nikodemus, dan aku telah dipilih oleh Yesus.