• ID
    • AR Arabic
    • CS Czech
    • DE German
    • EN English
    • ES Spanish
    • FA Farsi
    • FR French
    • HI Hindi
    • HI English (India)
    • HU Hungarian
    • HY Armenian
    • ID Bahasa
    • IT Italian
    • JA Japanese
    • KO Korean
    • MG Malagasy
    • MM Burmese
    • NL Dutch
    • NL Flemish
    • NO Norwegian
    • PT Portuguese
    • RO Romanian
    • RU Russian
    • SV Swedish
    • TA Tamil
    • TH Thai
    • TL Tagalog
    • TL Taglish
    • TR Turkish
    • UK Ukrainian
    • UR Urdu
Tanggal publikasi 18 Des 2025

Datang dan Lihatlah

Tanggal publikasi 18 Des 2025

Jujur, aku punya banyak kemampuan, tapi diplomasi bukan salah satunya. Sejak dulu banyak orang bilang kalau cara bicaraku terlalu terus terang, dan aku memang tidak suka basa-basi atau setengah-setengah dalam berkata.

Hal ini sering jadi masalah dan bahkan membuatku punya banyak musuh. Salah satu akibat terbesarnya adalah ketika aku kehilangan pekerjaanku sebagai arsitek... karena hubunganku dengan atasan tidak baik.

Padahal aku sudah berjuang keras untuk menjadi arsitek Yahudi pertama di Kaisarea Filipi! Aku benar-benar tidak percaya kalau karierku berakhir dengan cara yang begitu mengejutkan. Kekecewaanku begitu dalam sampai-sampai aku membawa semua gambar yang pernah kubuat, lalu pergi ke pedesaan supaya bisa benar-benar sendirian. Aku duduk di bawah pohon ara dan membuka hati kepada Tuhan. Hatiku hancur, dan aku merasa Dia begitu jauh. Dengan penuh kesedihan, aku mulai membakar lembaran rancanganku sambil hampir berteriak, “Jangan sembunyikan wajah-Mu dariku! Apakah Engkau melihatku? Apakah Engkau benar-benar melihatku?”

Beberapa hari kemudian, saat aku masih dalam keputusasaan, sahabatku Filipus datang berkunjung dan itu sangat menghiburku. Ia sudah lama menjadi murid Yohanes Pembaptis, tapi belakangan ia mulai mengikuti seorang guru baru bernama Yesus dari Nazaret. Aku sempat heran—apa mungkin ada hal baik datang dari Nazaret? Tapi Filipus menatapku lekat-lekat, dan dengan keyakinan yang belum pernah kulihat sebelumnya, ia berkata, “Dialah yang kita tunggu. Dia yang sudah dinubuatkan Musa dan para nabi. Dialah Mesias. Yesus dari Nazaret, anak Yusuf.”

Biasanya aku tidak akan peduli, tapi keyakinan Filipus membuatku penasaran. Akhirnya aku ikut. Dan saat pertama kali bertemu-Nya, Yesus berbicara seolah-olah Dia sudah mengenalku. Dengan tatapan mata yang dalam, Ia berkata, “Aku sudah mengenalmu bahkan sebelum Filipus memanggilmu. Saat engkau berada di titik terendahmu, sendirian di bawah pohon ara itu, Aku tidak pernah membuang wajah-Ku darimu. Aku melihatmu.” (Yohanes 1:43–51)

Aku terdiam. Tidak mungkin ada yang tahu hal itu kecuali Mesias sendiri. Jawaban-Nya menyentuh hatiku begitu dalam. Saat itu aku tahu, Dialah yang selama ini kucari. Dan sejak momen itu, aku memutuskan untuk mengikuti-Nya.

Namaku Natanael, dan aku telah dipilih oleh Yesus.

Debbie Wiratno
Penulis

Terdorong oleh Roh Kudus untuk menulis renungan yang penuh harapan, berdasarkan kebenaran Firman Tuhan dan tepat waktu.