Memberi: Cermin Hati, Bukan Sekadar Tindakan
Memberi tidak pernah dimulai dari tangan, tapi dari hati. Karena itu, Tuhan tidak pertama-tama bertanya berapa yang kita beri, melainkan dari hati seperti apa pemberian itu keluar. Dalam Alkitab, memberi selalu menjadi bahasa hati—cara seseorang mengekspresikan iman, kepercayaan, dan relasinya dengan Tuhan.
Yesus berkata, “Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada” (Matius 6:21). Dengan kata lain, apa yang kita pegang erat sering kali menunjukkan apa yang paling kita percayai. Memberi dengan setengah hati bukan soal kurangnya kemampuan, tetapi adanya hati yang masih menahan—takut kehilangan, takut kekurangan, atau belum sepenuhnya percaya bahwa Tuhan adalah sumber.
Paulus menulis bahwa Tuhan mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7). Sukacita ini bukan dibuat-buat, tetapi lahir dari hati yang sadar: semua yang kita miliki adalah anugerah. Dari kesadaran itu, generosity mengalir secara alami, bukan karena kewajiban, tapi karena relasi.
Memberi sepenuh hati bukan tentang terlihat rohani, melainkan tentang kejujuran batin. Saat hati kita utuh di hadapan Tuhan, pemberian kita pun menjadi utuh—dan di sanalah memberi berubah menjadi penyembahan.