Menjadi suami yang baik...

Menjadi suami itu lebih dari sekadar mencari nafkah atau melindungi keluarga. Alkitab kasih gambaran jelas bahwa peran suami adalah memimpin dengan kasih, bukan dengan otoritas yang menekan. Tapi sebagai pemimpin yang mengasihi dan melindungi. Sebagai partner, sebagai teman.
Di Efesus 5:25 tertulis, “Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” Berat, ya? Tapi indah banget. Artinya, suami dipanggil bukan hanya untuk mencintai dengan kata-kata, tapi dengan tindakan nyata—bahkan rela berkorban.
Menurutku, jadi suami yang baik bukan soal selalu punya semua jawaban atau selalu kuat. Justru, suami yang baik itu tahu kapan harus rendah hati, kapan harus mendengarkan, dan kapan harus mengandalkan Tuhan. Pemimpin sejati bukan yang selalu di depan, tapi yang bisa berjalan beriringan dengan istri, saling menopang.
Suami juga dituntut untuk jadi teladan rohani di rumah. Kata Myles Munroe untuk kesehatan spiritual, "Suami menentukan kemana keluarganya harus berjalan (DESTINASI), dan istri menentukan bagaimana cara kesananya..." Gimana cara ngasi tahu tujuannya?Bukan dengan berkhotbah panjang tiap malam, tapi dengan hal sederhana: rajin berdoa, bertanya sama Tuhan.. Lalu menunjukkan integritas, dan hidup sesuai firman. Itu jauh lebih kuat dari seribu kata. Jauh lebih ngena daripada jadi orang yang bossy.
Jadi yang paling penting, suami yang baik sadar kalau kekuatannya terbatas. Karena itu, butuh Tuhan di setiap langkah. Ketika suami belajar mengasihi seperti Kristus, rumah tangga jadi tempat yang aman, penuh damai, dan penuh kasih. Jangan lupa berdoa buat suamimu / istrimu hari ini ya!

