Saat “tetap jalan” rasanya sudah tidak mungkin
Kemarin aku cerita bagaimana rasanya punya sebuah proyek besar yang sudah lama aku kerjakan lalu akhirnya terasa “sia-sia”. Aku bilang begitu memang agak dilebih-lebihkan, tapi kamu paham maksudnya… kamu punya mimpi, kamu invest waktu dan tenaga, lalu tiba-tiba semuanya meledak.
Dan di tengah aku lagi memproses rasa sakit itu, aku juga harus menyelesaikan proyek besar lain. Yang sama besarnya. Yang sama panjang prosesnya. Secara logis pasti terpikir: “Ini semua memang masih ada gunanya gak sih?”
Oh, aku memang tidak bisa lihat kamu langsung, tapi aku bisa bayangkan kamu pernah di posisi ini.
Mungkin kamu sudah bolak-balik ke banyak dokter dan tidak ada yang bisa bantu… dan sekarang kamu harus datang ke dokter berikutnya. Mungkin kamu lagi menulis lamaran kerja yang ke-seratus atau lihat rumah yang ke-seratus cuma untuk terima penolakan lagi. Dan tetap saja kamu harus lanjut supaya hidup tetap bergerak… kamu tahu itu, sama seperti aku.
Aku tahu “Tidak mudah untuk tetap jalan ketika kekecewaan berat.” Karena itu kamu butuh ganti sudut pandang, “Kalau Yesus ada di depan mata, kamu bisa ambil langkah berikutnya.”
Melihat kepada Yesus berarti punya harapan akan mujizat.
Dan harapan itu bicara ke kamu hari ini, “Sebab Aku ini, Tuhan Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: ”Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau.”” (Yesaya 41:13)
Di tengah masa kecewaku yang benar-benar besar ini, ayat berikut yang bikin aku kembali waras, dan itu sebabnya aku bagikan ke kamu hari ini, “dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia. Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan” (Efesus 6:7-8)
Jangan menunggu mujizat dari manusia ketika Tuhan yang akan memberikannya.
Biarkan itu terjadi. Aku percaya itu bersama kamu.