Tebarkan Jalamu
Sepanjang hidupku, aku selalu keras kepala—harus kuakui itu. Emosiku sering kali membuatku dalam masalah, dan tidak semua keputusan yang ku buat adalah yang terbaik.
Sebelum berjumpa dengan Yesus, imanku ada di titik terendah. Aku rasa setelah menunggu begitu lama dan dengan sungguh-sungguh akan kedatangan Mesias, aku mulai kehilangan harapan dan semakin jauh dari imanku.
Aku berjudi, berkelahi demi uang, bahkan memancing di hari Sabat! Aku ada dalam situasi yang benar-benar putus asa, utangku menumpuk, dan tidak tahu harus berbuat apa.
Aku ingat malam itu ketika pergi melakukan satu-satunya hal yang kukuasai: memancing. Aku berharap bisa mendapat tangkapan besar agar setidaknya bisa melunasi sebagian utang dan menghindari penjara. Tapi malam itu aku tidak dapat apa-apa.
Saudaraku, Andreas, dan anak-anak Zebedeus juga ikut, tapi meskipun mereka membantu, kami tidak bisa menangkap satu pun ikan. Aku sudah tidak sanggup lagi. Aku lelah, putus asa, kewalahan, dan sudah berada di ujung batas kekuatanku...
Namun, semuanya berubah ketika aku sampai di pantai. Di sanalah aku melihat Dia untuk pertama kalinya. Yesus sedang mengajar banyak orang di pantai, dan Dia meminta izin untuk menggunakan perahuku sebagai mimbar. Bisa dibilang, itu adalah hal yang paling tidak mau kulakukan dalam situasi sulit seperti itu. Tapi saudaraku, Andreas, tidak bisa berhenti menceritakan pria ini, dan ada sesuatu yang istimewa dari tatapan mata-Nya yang menarik perhatianku. Jadi, aku setuju.
Yesus mulai berkhotbah, dan kata-kata-Nya tidak seperti guru-guru lainnya: kata-kata-Nya memiliki otoritas. Setelah selesai mengajar, Dia menatapku dan berkata, “Tebarkan jalamu untuk menangkap ikan.” Aku sempat berdebat sedikit dengan-Nya, menceritakan kisah kami... tetapi karena Dia yang menyuruh, aku memutuskan untuk mendengarkan. Saat itulah hal yang tidak mungkin terjadi: dalam hitungan detik, ikan-ikan membanjiri jala kami, sampai-sampai kami harus meminta bantuan untuk menarik semuanya ke dalam perahu.
Aku baru saja menyaksikan mukjizat yang luar biasa! Dipenuhi rasa takut akan Tuhan, aku berlutut di hadapan Yesus dan berkata, “’Pergilah dari padaku. Karena aku ini orang berdosa. Engkau tidak tahu siapa aku atau hal-hal yang telah kulakukan.’” (diadaptasi dari Lukas 5:8, TB). Tapi Dia malah memintaku untuk mengikuti-Nya!
Aku tidak hanya dibebaskan dari utang-utangku: Mesias yang sangat kurindukan telah menemukanku.
Namaku Simon Petrus, anak Yunus, dan aku telah dipilih oleh Yesus.