Ujian Hati

“Sebab itu, seperti kata Roh Allah, “Kalau pada hari ini kamu mendengar suara Allah, janganlah kamu berkeras kepala, seperti leluhurmu, ketika mereka memberontak terhadap Allah, dan menguji Allah di padang pasir. ‘Di sana leluhurmu mencobai Aku, dan menguji Aku,’ kata Allah, ‘padahal mereka sudah melihat perbuatan-Ku empat puluh tahun lamanya.’” Ibrani 3:7-9 BIMK
Pernahkah kamu melihat iklan anak kecil yang diberi sepiring coklat oleh orang tuanya lalu mereka diberi sebuah mandat “jangan makan coklat sampai kami kembali” untuk menguji kehendak hati mereka? Begitu orang tua mereka keluar, mereka berusaha untuk taat… Namun tidak berlangsung lama, tangan mereka mulai mengambil cokelat tersebut, memainkannya, dan kemudian mereka makan dan saling berbagi coklat. Endingnya, mereka gagal untuk taat.
Peristiwa serupa dan bahkan lebih besar terjadi pada bangsa Israel, dimana mereka yang sudah bebas dari perbudakan Mesir sedang berjalan bersama Allah melalui padang gurun selama 40 tahun lamanya. Selama bertahun-tahun, Allah menunjukkan kebaikan-Nya melalui berbagai macam mukjizat. Manna di pagi hari, daging yang tidak pernah habis, bahkan air di kala kering… Semua sudah Allah berikan, namun ternyata hati mereka semakin menjadi keras. Mereka bahkan mengatakan bahwa “Mesir lebih baik daripada berjalan bersama Tuhan, membawa keluar dari Mesir sama dengan membunuh kami.”
Padahal Allah berjanji bahwa “Kamu akan kubawa masuk ke tanah perjanjian.”
Terkadang perjalanan yang kita lewati adalah ujian bagi hati kita dari Allah untuk melihat dimana posisi hati kita? Apakah pada hal-hal yang kita anggap baik atau pada Tuhan? Seperti Israel, saat mungkin mukjizat Tuhan atau tuntunan Tuhan atau jawaban Tuhan tidak sesuai dengan ekspektasi atau kesukaan hati kita… kita jadi memberontak kepada Tuhan. Jangan-jangan hati kita tidak mengasihi Tuhan?
Refleksi hari ini: Yuk coba kita periksa hati kita, adakah hari-hari ini sesuatu yang mengekspos respon hati yang buruk terhadap Tuhan? Jika ada, apakah itu?

