Ulurkan Tanganmu
Hari itu tampak seperti hari biasa di Bait Allah di kota kecil kami. Hari itu adalah hari Sabat, dan kami berkumpul untuk mendengarkan pembacaan Firman serta memuji Allah, sesuai dengan ketetapan dan hukum yang berlaku.
Aku sebenarnya senang datang ke tempat ibadah, karena ingin lebih dekat dengan Allah. Tapi jujur saja, sering kali aku merasa dihakimi orang lain karena fisikku yang cacat. Aku terlahir dengan tangan yang tidak bisa digerakkan. Seumur hidupku, kondisi itu menjadi tanda yang membuatku jadi berbeda. Ada yang bahkan berkata itu pasti hukuman dari Tuhan atas dosa orang tuaku. Jujur, kata-kata itu sering membuatku merasa tidak layak jadi seorang manusia.
Hari itu, cukup banyak orang asing yang datang ke tempat ibadah kami. Biasanya hanya warga sekitar saja, seperti akan ada yang menarik hari itu. Dan betul, hari itu jadi hari yang luar biasa!
Di antara mereka ada seorang Guru—belakangan aku tahu Dialah Yesus. Dia datang kepadaku dan melihat tanganku. Para Farisi yang memimpin ibadah saat itu langsung merasa terusik dan mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan Yesus dan mereka melarang-Nya melakukan mukjizat penyembuhan pada hari Sabat.
Namun Yesus menjawab, “Apakah itu sah pada hari Sabat untuk berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa atau membinasakannya?” (Lukas 6:9). Aku memang bukan seorang ahli Taurat, tapi kata-kata-Nya begitu masuk akal, penuh kuasa!
Lalu Yesus berdoa dan berkata kepadaku untuk mengulurkan tanganku. Aku hampir tidak percaya dengan apa yang kulihat! Perlahan kulitku yang layu mulai kembali normal. Aku mencoba menggerakkan jari-jariku, dan benar—tulang dan ototku bergerak, tangan itu kembali pulih sempurna!
Para Farisi menegur Yesus dan menyuruhku menjauh dari-Nya. Tapi bagaimana mungkin aku menolak Dia yang baru saja menyembuhkan hidupku? Aku tak bisa berhenti tersenyum, takjub, dan bersukacita. Kini aku punya dua tangan yang berfungsi! Yesus telah menghapus kecacatan dan keterbatasan yang selama ini melabeli hidupku. Aku tahu, hidupku tidak akan pernah sama lagi. Yang paling aku inginkan sekarang hanyalah memakai tanganku, dan seluruh hidupku—untuk melayani Dia yang sudah menyelamatkanku.
Namaku Elam, dan aku telah dipilih oleh Yesus.